Strategi Pengembangan Teknologi untuk Penyediaan Bahan Bakar Nabati secara Mandiri dan Berkelanjutan

Strategi Pengembangan Teknologi untuk Penyediaan Bahan Bakar Nabati secara Mandiri dan Berkelanjutan

Bahan-Bahan Bakar Nabati (Biofuels)

  • Bahan-bahan bakar yang diperoleh/dibuat dari sumber daya nabati/hayati (biomassa) :

Cair : biodiesel, bioalkohol, bioavtur.

Gas : biogas, biometan, biohidrogen.

Padat : biobriket, arang.

  • Bahan-bahan bakar nabati (BBN) cair amat penting dan strategis dalam perekonomian, sehingga menjadi fokus perhatian kebanyakan pemerintah negara.

Yang akan dibahas presentasi ini.

  • Biogas sebenarnya juga sangat perlu dikembangkan & didayagunakan. Tetapi tak akan dibahas di sini.

2

Pengembangan BBN adalah keharusan

  • Hingga tahun 2035 sekalipun, sektor transportasi masih akan sangat tergantung pada bahan bakar cair. Silahkan unduh dan kaji laporan “On the Road in 2035” dari MIT (Massachusetts Institute of Technology, Juli 2008).
  • Tak ada bahan bakar cair terbarukan (yaitu, tak berakibat emisi CO2 gas rumah kaca) yang bisa disediakan dalam jangka pendek-menengah (sampai 2035?) selain BBN.
  • Urgensi bagi Indonesia : pengembangan BBN untuk meredam impor BBM.

Bangsa kita harus mengembangkan industri BBN yang tangguh dan berkelanjutan !.

3

Kriteria “Berkelanjutan”

Produksi dan pemanfaatan BBN harus :

  • Patuh pada semua hukum dan peraturan yang berlaku.
  • Direncanakan, dilaksanakan, dan dimutakhirkan melalui analisis kelaikan ekonomi serta melalui kajian dampak lingkungan dan sosial yang transparan.
  • Berkontribusi pada kemajuan ekonomi dan sosial dari komunitas/penduduk asli, pedesaan, dan setempat/lokal.
  • Tak melanggar hak-hak azasi manusia maupun hak-hak buruh, menyodorkan/menawarkan pekerjaan yang layak dan meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja.
  • Turut mewujudkan dan bahkan meningkatkan ketahanan pangan.
  • Beremisi gas rumah kaca sepanjang daur-hidup, jauh lebih kecil dari BBM.

4

  • Tak berdampak negatif pada keanekaragaman hayati, ekosistem dan nilai-nilai konservasi lainnya.
  • Memaksimalkan efisiensi produksi serta unjuk-kerja sosial dan lingkungan dan meminimalkan risiko perusakan pada lingkungan dan manusia.
  • Mengakui dan mematuhi hak-hak atas tanah dan hak-hak guna tanah.
  • Memelihara kualitas dan kuantitas sumber daya air tanah maupun permukaan serta mengakui hak-hak adat/ulayat atas air.
  • Memulihkan, memelihara dan bahkan meningkatkan kualitas/kesuburan tanah.
  • Meminimalkan pencemaran udara.

5

Sumber : Roundtable on Sustainable Biofuels, Principle and Criteria Version 0.6

Indonesia (dan Brazil) dikaruniai biodiversitas dan lahan potensial yang amat besar !.

  • Semestinya didayagunakan secara berkelanjutan untuk memperkuat keterjaminan pasokan energi dan neraca pembayaran negara, membuka banyak lapangan kerja, mengentaskan kemiskinan, dan melancarkan pertumbuhan ekonomi yang merata di seantero negeri, sambil juga berkontribusi pada peredaman emisi gas-gas rumah kaca.
  • Jika dikelola dengan baik, produksi bioenergi dapat saling mendukung dengan pengadaan pangan dan produk-produk berbasis nabati lainnya (karet, serat, bioplastik, dan bahan-bahan bioaktif untuk obat, pestisida, insektisida, dll).
  • Awal tahun 2006, terbit Perpres No. 5/2006 tentang Kebijakan Energi Nasional yang, antara lain, menetapkan target bauran energi primer (primary energy mix) tahun 2025.

6

SASARAN BAURAN ENERGI PRIMER TAHUN2025

Sesuai Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2006

7

Total : 5000 juta SBM

Total : 1000 juta SBM

Total : 3252 Juta SBM

Konsumsi BBN di dalam negeri ditargetkan berkembang dari nol pada tahun 2005 menjadi sekitar 167 juta SBM (22,3 juta kL [kiloLiter = m3]) pada tahun 2025.

  • Berbagai kebijakan dan regulasi tindak-lanjut, pada tingkat menteri dan direktur jenderal, kemudian diterbitkan pemerintah untuk mengasuh dan mengembangkan industri BBN; antara lain :

BBM dibolehkan mengandung s/d 10 %-volume BBN yang sesuai.

Pengaturan perizinan usaha dan tata-niaga BBN.

Pentahapan kewajiban pemakaian BBN di berbagai sektor perekonomian s/d tahun 2025.

  • Sekarang ………………….

8

Tonggak penting final (yang masih ditunggu) adalah kebijakan/regulasi harga.

  • Di negara-negara yang (sudah) tak mensubsidi harga BBM, dan malah menerapkan stimulus penghematan serta pajak lingkungan yang besar, pengurangan pajak-pajak BBN adalah kebijakan yang tepat untuk diambil.

  • Di negeri yang masih mensubsidi harga BBM ?.

Mensubsidi BBM tanpa juga memberi subsidi pada BBN (& energi terbarukan lain) adalah ibarat terus-terusan memberi beasiswa pada warganegara berumur > 50 tahun (yang hampir habis masa bakti) agar terus dapat bersaing di dunia kerja, tetapi tak memberi beasiswa apapun pada para mereka yang berusia <>

Falsafah bangsa yang keliru !.

Jika BBM disubsidi, maka seharusnya BBN disubsidi juga.

9

Pengembangan BBN dan “lompat-katak”

  • Melompat-katak (leapfrogging) dalam sektor energi : negara berkembang tidak ‘napak tilas’ perjalanan energi negara-negara maju, melainkan langsung menerapkan teknologi-teknologi yang lebih bersih.

Menghindari keterkuncian dalam (locked in) teknologi-teknologi dan infrastruktur-infrastruktur energi fosil (yang sekarang dialami negara-negara maju).

  • Selain berfungsi memperkuat keterjaminan pasokan energi negara (energy security), pengembangan industri BBN dapat menjadi bagian dari strategi lompat-katak pembangunan sektor energi Indonesia !.

10

Teknologi-teknologi untuk produksi BBN ?.

  • Tidak mungkin kita buat/kembangkan sendiri semuanya. Harus make some, buy some. Jika beberapa di antaranya bisa kita buat/kembangkan sendiri, sudah bagus !.
  • Mengingat kemampuan finansial bangsa dan industri peralatan domestik, untuk dikembangkan sendiri, kita hendaknya memilih teknologi yang :

Kondisi operasinya relatif ringan.

Skala minimum kekonomiannya relatif tak besar.

Memperluas basis sumber daya bahan mentah.

  • Paket teknologi yang utuh hanya bisa dikembangkan/di-wujudkan via kerjasama orkestral pakar-pakar berbagai disiplin IPTEK !.

11

Rute-rute dan metoda pemrosesan biomassa menjadi BBN

  • Teknologi-teknologi BBN generasi 1, yaitu yang memanfaatkan bahan berpati/bergula, minyak terpenik, dan minyak-lemak (kecuali teknologi hidrogenasi menjadi green diesel), berkondisi operasi relatif ringan dan berskala ekonomi minimum tak besar. Patut kita kembangkan/miliki sendiri.
  • Di antara teknologi-teknologi BBN (cair) generasi 2, yaitu yang berbahan mentah lignoselulosa (tandan kosong sawit, kulit batang sagu, jerami, bagas tebu, bagas sorgum manis, tongkol & batang jagung, kayu, dsb.),

Likuefaksi termokimia berkondisi operasi berat.

Pengilangan bio-oil tampaknya akan berskala ekonomi minimum besar (seperti kilang minyak bumi).

Pilihan terbaik untuk kita kembangkan adalah rute via gasifikasi dan sintesis Fischer-Tropsch.

13

Bisakah kita mencapai target pasokan BBN domestik dalam tahun 2025 ?.

  • 5 % dari bauran energi dalam tahun 2025 berarti 22,3 juta kL, terdiri dari :

16 juta kL biodiesel, dan

6,3 juta kL bioetanol (atau bioalkohol).

  • Berbagai perhitungan potensi menunjukkan bahwa Indonesia akan sangat bisa memenuhi target tersebut (bahkan jika dinaikkan sampai 10 % sekalipun) hanya dengan mengandalkan BBN generasi 1; apalagi jika produksi komersial BBN generasi 2 sudah dapat diterapkan.
  • Yang penting : apakah kita (bangsa ini) konsisten bekerja demi merealisasikan target jangka panjang tersebut !.

14

Tantang-tantangan litbang bioetanol generasi 1

  • Teknologi “merah-putih” yang terbukti mampu diterap-kan pada skala 10 ribu ton/tahun bioetanol kering.
  • Improvisasi teknologi klasik :

Mikroba atau biokatalis dan teknologi biokonversi yang lebih efektif dan kompetitif.

  • Sakarifikasi serat dalam bahan berpati untuk meningkatkan hasil.
  • Proses pemisahan dan/atau pengeringan yang lebih hemat energi.
  • Modifikasi fermentasi padat (pembuatan tapai, brem, peuyeum) agar produktif menghasilkan alkohol.
  • Metode uji mutu bioetanol kering yang dapat diterapkan oleh industri kecil-menengah.


15

16

Khusus sagu : pemanfaatan langsung empulur sagu sebagai bahan mentah pembuatan alkohol.

Skenario pemanfatan pohon sagu untuk industri BBN

Tantangan-tantangan litbang biodiesel generasi 1

  • Teknologi hidrogenasi (terutama : elektrokatalitik) untuk menghilangkan gugus-gugus tak jenuh ganda dari minyak nabati.
  • Teknologi “merah-putih” untuk produksi biodiesel yang terbukti mampu diterapkan pada skala 30 ribu ton/tahun.
  • Improvisasi teknologi :

katalis yang lebih efektif (apalagi jika mampu menangani sekaligus minyak & asam lemak bebas);

proses pemisahan yang lebih hemat-bahan.

  • Metode uji mutu biodiesel yang dapat diterapkan industri kecil menengah.
  • Khusus/urgent : Metode uji kestabilan oksidatif biodiesel yang sederhana tetapi komprehensif.



17

Perlunya litbang orkestral

  • Akan dicontohkan dengan litbang teknologi produksi bioetanol generasi 2.
  • Ada 2 skema pokok pola teknologi proses (dan aneka varian dari 2 skema ini).
  • Skema pokok 1 :

18

  • Skema pokok 2 :

19

  • Tahap-tahap pengolahan pada tiap skema tentunya harus bisa dirangkaikan secara harmonis, tiap 2 tahap yang tersambung harus klop/cocok satu sama lain !.
  • Mewujudkan teknologi bioalkohol generasi 2 “merah-putih” merupakan tantangan litbang terpadu yang melibatkan berbagai kelompok/pakar bidang ilmu dasar/terapan/teknik !. Skema teknologi proses mana yang akan diwujudkan harus dibahas dan disetujui bersama terlebih dahulu (sebelum kegiatan intensif riset masing-masing kelompok/pakar berlangsung).
  • Hal yang serupa berlaku untuk litbang teknologi biodiesel generasi 2 (kombinasi gasifikasi dan sintesis Fischer-Tropsch).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar