decision maker : Perilaku Organisasi sebagai disiplin Ilmu

Perilaku Organisasi sebagai disiplin Ilmu


A. Obyek Perilaku Organisasi

Individu yang menjadi anggota suatu organisasi: organizations

donot behave, individuals do.

The study of the structure , functioning and performance

of organizations and the behaviour of groups and individual

within them (Buchanan dan Huczynski, 2004).

W.Richarcd Scott (1990), serta David Buchanan dan Andrej

Huczinky (2004): perilaku individu yang menjadi pusat perhatian

dalam Perilaku Organisasi adalah perilaku kolaboratif untuk mencapai tujuan yang disepakati.


Perilaku Organisasi

sebagai disiplin Ilmu



1. Terukur: setiap konsep/teori mempunyai indikator yang dapat

diukur dan atau terikat dengan tempat (where), waktu (when).

2. Sistematis: menjelaskan keterkaitan antar satu fenomena

(what) dengan fenomena lainnya (why).

3. Mempunyai daya prediksi yang didasarkan pada observasi

saat ini untuk melihat masa yang akan datang.

4. Mempunyai daya generalisasi yakni berlaku pada konteks dan

situasi yang relatif berbeda-beda.

Materi-PTIK\OB-PTIK1-Revised

B. Karakteristik Perilaku Organisasi

sebagai ilmu pengetahuan


Lingkungan Organisasi Anggota Struktur Organisasi Pengambilan Keputusan

C. Dimensi Perilaku Organisasi

Organization

Effectiveness


C. Rincian dimensi perilaku organisasi

1. Struktur Organisasi

Definisi: Struktur organisasi adalah sistem mekanisme kerja suatu organisasi yang diwujudkan sebagai hubungan vertikal antar kesatuan dalam suatu organisasi.

Staffs

Middle

Managers

Manager

Stratifikasi

Sistem nilai

Pola hubungan

Peran/fungsi



Max Weber (1864 – 1920) dosen pada Universitas

Berlin, latar belakang pendidikan sosiologi dan hukum

Titik perhahatiannya adalah pada struktur kewenangan

Weber membedakan antara kewenangan (authority) dan kekuasaan (power).

* Kewenangan: perintah yang dilaksanakan oleh bawahan dari atasan, sebagai pengakuan terhadap posisi atasan yang sah.



* Kekuasaan: kemampuan seseorang untuk memaksakan kehendak kepada orang lain tanpa mempertimbangkan kemungkinan apakah orang tersebut menolak (resistance) atau tidak terhadap paksaan tersebut.




Tipologi Kewenangan

Karakteristik Pimpinan

Diperoleh dari kualitas individu, karena alasan supernatural.

Karakteristik Organisasi

* Keanggotaan didasarkan pada faktor sentimen;
* Anggota lebih disebut “pengikut”
* Keberlangsungan orga-nisasi tergantung kekuatan karisma pemimpin



1. Kewenangan Karismatik


Karakteristik Pimpinan

Diperoleh dari keturun-an atau warisan dari pimpinan sebelumnya

Karakteristik Organisasi

* Keanggotaan didasarkan pada faktor loyalitas;
* Anggota lebih disebut loyalis karena didasarkan pada hubungan patrimonial
* Kinerja organisasi tidak menjadi kriteria keber-langsungan organisasi, te-tapi pada ikatan kebersa-maan antar anggota



2. Kewenangan Tradisional



Rasional

Diperoleh dari fak-tor yang bersifat ra-sional seperti kom-petensi atau intelek-tualisme

2. Kewenangan Rasional

Karakteristik Organisasi

* Keanggotaan didasarkan pada kompetensi;
* Anggota lebih disebut staf
* Kinerja organisasi menjadi kriteria utama keberlang-sungan suatu organisasi



Henry Mintzberg, dosen manajemen pada Unviersitas McGill, Montreal, Canada

Titik pusat perhatian: tugas dan fungsi seorang manajer dan pada bentuk organisasi yang bagaimana.

Mintzberg membedakan empat jenis struktur organisasi:

* Simple structure
* Machine Bureaucracy
* Profesional Bureaucracy
* Divisionalized form
* Adhocracy


a. Simple structure

* Strategic apex yaitu keanggotaan yang terdiri dari kalangan elit (top management) pada suatu organisasi.



* Penggunaan teknologi yang minimal, dan didukung oleh staf dalam jumlah kecil.



* Pola hubungan kerja lebih sentralisitik, karena tidak menangani masalah-masalah operasional.



Contoh: organisasi holding company

b. Machine Bureaucracy

* Keanggotaan terdiri dari spesialis karena pengalaman



* Pembagian tugas (division of labour) didasarkan pada standardisasi



* Mekanisme kerja berdasarkan pada technostruc-ture yakni melalui pentahapan kerja yang jelas.



* Sifat pekerjaan bersifat repetitive, sehingga dapat menghambat kreativitas anggota.



Contoh: bagian perencanaan dan pengendali keuangan

c. Profesional Bureaucracy

* Keanggotaan organisasi adalah operating core yang terdiri dari para profesional yang mandiri dalam bidangnya.



* Kemandirian dan otonomi menjadi ciri utama dalam pelaksanaan pekerjaan.



* Suasana pekerjaan bersifat demokratis, tetapi sulit dalam mengelola, dan menentukan jurisdiksi pekerjaan



Contoh: Perguruan tinggi, badan litbang, kantor konsultan

d. Divisionalized form

* Merupakan proses balkanisasi dalam organisasi yakni pemisahan organisasi menjadi sub-organisasi yang berfungsi secara terpisah dan self-sufficient, tetapi menjalankan fungsi organisasi induk.



* Karakteristik keanggotaan dapat meliputi profesional atau middle skill staffs.



Contoh: Organisasi waralaba, Universitas cabang

d. Adhocracy

* Mekanisme kerja tidak terikat pada standarisasi, tetapi pada kreativitas staf;



* Keanggotaan dapat terdiri dari kalangan profesional atau orang berpengalaman



* Organisasi kurang mendapat pengakuan formal, tetapi kesuksesan didasarkan pada acceptabilitas produk oleh masyarakat atau kalangan profesi-onal



Contoh: Organisasi kesenian, Prudser Film, Badan litbang

Herbert A. Simon, satu-satunya non-ekonom yang memenangkan hadiah nobel bidang ekonomi tahun 1978.

Latar belakang pendidikan adalah politik, dan sampai dengan akhir tahun 80an menjadi dosen di Carnigie-Mellon University, Pittsburgh

2. Pengambilan Keputusan

Definisi: suatu proses untuk menentukan apa yang akan dan apa yang tidak akan dilakukan oleh suatu organisasi.

Titik pusat perhatian, bagaimana suatu keputusan dibuat dan bagaimana keputusan tersebut dibuat seefektif mungkin.

Bagi Simon, pengambilan keputusan sama artinya dengan manajemen, karena mengandung makna mengatur (regulating) dan mengarahkan (guiding) dalam memanfaatkan (utilizing) sumber yang efisien untuk mencapati tujuan seefektif mungkin,

Proses pengambilan keputusan bersifat rasional tapi secara terbatas (bounded-rationality) karena kompleksitas permasalahan. Oleh karena itu hasil dari keputusan adalah mencukupi (satisficing), bukan memuaskan (satisfying).

Dalam ungkapan James March:”even if decision-making process is intended to be rational, there are severe bound to its rationality. Decisions will be taken knowing much less than in principle could be known”

Tahapan dalam pengambilan keputusan

* Inteligence activity yaitu tahap mencari kejadian (occations) yang memerlukan suatu keputusan.



* Design activity yaitu tahap menemukan, mengembang-kan, dan menganalisis suatu tindakan yang akan diambil.



* Choice activity yaitu tahap untuk memilih satu dari beberapa tindakan yang akan diambil.



Tipe keputusan

* Programmed decision yaitu suatu keputusan yang bersifat repetitif untuk mengatasi occasions yang bersifat rutin.



* Nonprogrammed decision yaitu suatu keputusan yang ditujukan untuk mengatasi permasalah yang baru dan tidak terstruktur.



Programmed decision dan nonprogrammed decision tidak berbeda satu dengan lainnya (mutually exclusive) tetapi merupakan dimensi kontinum.

Charles Lindblom adalah dosen ilmu Politik dan Ekonomi di Yale University

Titik pusat perhatian, bagaimana suatu keputusan seharusnya dibuat dan bagaimana sesungguhnya suatu keputusan dibuat.

Suatu keputusan merupakan suatu proses yang terjadi pada suatu sistem administrasi negara dan sistem politik yang masuk dalam suatu organisasi. Oleh karena itu pe-ngambilan keputusan sama maknanya dengan penentuan kebijakan

Tahapan terjadinya keputusan

* Rational deductive ideal bahwa proses pengambilan keputusan dimulai dari identifikasi berbagai informasi (prodigious amount of information), dan melalui proses deduktif sampai pada suatu pilihan-pilihan yang terbatas, atau menurut ungkapan Lindblom:



“the strategy of disjointed incrementalism, a way of proceeding by successive limited comparison”

* Synoptic approach merupakan langkah untuk mengkombinasikan beberapa alternatif sehingga menjadi suatu keputusan “terba-ik”. Keputusan terbaik terjadi dari proses untuk menkoordina-sikan “ketidakmungkinan” menjadi suatu kemungkinan. Hal ini dilakukan melalui science of muddling through.



3. Lingkungan Organisasi

Definisi: merupakana faktor non-organisasi yang mem-pengaruhi sistem operasi atau mekanisme dalam suatu organisasi.

Tom Burns, dosen Sosiologi pada Edinburg University dan pensiun pada tahun 1981.

Titik pusat perhatian adalah bagaimana suatu organisasi mengadopsi suatu hal (baru) dalam internal dirinya.

Hal ini dilakukan melalui pengamatan pada bagaimana suatu perusahaan tradisional di Scotlandia mengadopsi perubahan teknologi.


Tipe organisasi berdasarkan pada lingkungan yang dihadapi oleh suatu organisasi

* Mechanistic organization suatu organisasi yang meng-hadapi lingkungan yang stabil sehingga tipe pekerjaan dalam organisasi tersebut dapat dilakukan spesialisasi secara cermat.



* Organism organization yang mengahadapi lingkungan yang tidak stabil sehingga menimbulkan permasalahan baru dan tidak dapat didistribusi kepada staf suatu organisasi dengan spesialisasi yang dimilikinya.



James D. Thomson (1920-1973) adalah mantan tentara pada perang dunia kedua, yang memperlajari Sosiologi dan kemudian melakukan penelitian bidang organisasi

Asumsi yang digunakan dalam memahami organisasi sebagai: “open systems, hence indeterminate and face uncertainty, but at the same time as subject to criteria of rationality and hence needing determinateness and centainty”.

Sebagai open system organisasi mengahadapi lingkungan yang serba berubah dengan menciptakan buffer yang dimaksudkan untuk melindungi technical core untuk memperoleh sumber daya dan membuat produk.


Tipe organisasi dalam upaya menanggulangi lingkungan yang tidak stabil

* Sequential interdependence merupakan sistem mekanisme kerja yang berurutan.



* Reciprocal interdependence merupakan sistem kerja dalam suatu organisasi yang saling melengkapi satu bagian dengan bagian yang lainnya.




4. Anggota

Faktor anggota dalam suatu organisasi menjadi obyek dan sekaligus subyek. Ketika anggota menjadi sasaran suatu rencana atau keputusan maka anggota menjadi obyek. Di lain pihak, ketika anggota memainkan peran untuk meningkatkan kinerja suatu organisasi maka anggota menjadi subyek.

Baik sebagai obyek maupun subyek, anggota merupakan raison de étre beradanya atau didirikannya suatu organisasi, karena pada dasarnya organisasi adalah “interdependent human being”


Elton Mayo 1880-1949 merupakan orang Australia yang menjadi dosen pada School of Bussines Administration, Havard University

Pusat perhatian Mayo adalah manusia dalam organisasi, sehingga dia dikenal sebagai pelopor human relation movement dan industrial sociology.

Secara lebih khusus Mayo memperhatikan kondisi kerja, rasa lelah (fatigue), faktor keamanan kerja, dan perpindahan.


Generalisasi hasil penelitiannya

Kepuasan kerja tergantung pada hubungan sosial yang bersifat informal dalam suatu organisasi. Peningkatan kinerja dapat dilakukan dengan meningkatkan feeling of importance pekerja.

Upaya ueningkatan kerja anggota sering bertentangan dengan norma organisasi, karena anggota suatu orga-nisasi memainkan peran berdasarkan pada logic of sentiment, di lain pihak organisasi melalukan penilaian kinerja anggota berdasarkan pada logic of cost and efficiency.


Rensis Likert (1920-1981) adalah Psikolog sosial yang mendirikan Lembaga Penelitian Sosial di Michigan University

Douglas McGregor (1906-1964) adalah dosen manjemen di Massachusetts Intitute of Technology.

“The average human being learns, under proper conditions, not only to accept but also to seek responsibility” Douglas McGregor

Pusat perhatian hubungan antar anggota organisasi dan bagaimana hubungan tersebut dapat mencapai tujuan organisasi

Tipe hubungan antar anggota

* Job centered: memusatkan perhatian pada bagai-mana staf terlibat pada siklus pekerjaan pada suatu organisasi. Ukuran keberhasilan adalah get the job done.



* Employee centered: memusatkan perhatian pada nilai kemanusiaan dalam suatu organisasi, dengan memberi perhatian pada aspek individualisme, yakni dengan memberikan bimbingan dan dorong-an agar staf dapat bekerja secara efisien.



Dalam prakteknya kedua tipe hubungan tidak dapat berlangsung secara eksklusif, kedua diberlakukan berdasarkan pada kondisi dan jenis pekerjaan.


Berdasarkan pada tipe hubungan tersebut, Likert dan McGregor mengembangan empat tipe manajemen

* The exploititive authoritative type: banyak menggunakan ancaman dan disiplin ketat, komunikasi cenderung dari atas ke bawah dan berupa perintah.



* The benevolent authoritative type menggunakan sistem reward, dan menenkankan pada sikap tunduk pada pimpimpinan, masukan dari bawahan ada tetapi terbatas, keputusan ada di tangan pim-pinan tertinggi, hanya keputusan rutin dapat didelegasikan



* The consultative type menggunakan reward sistem, dan kadang-kadang punishment, komunikasi berlangsung dua arah, masukan kepada pimpinan tertinggi terbatas pada sekelompok orang tertentu.



* The participative group type hubungan atasan dan bawahan secara psikologis dekat, sehingga komunikasi dua arah berlangsung intensif, terdapat kesepakatan tujuan organisasi yang akan dicapai.




Mengapa harus belajar Perilaku Organisasi?

* Seorang perwira mempunyai peran leadership atau managership yang harus membuat keputusan baik programmed atu nonprogram-med.



* Dalam menjalankan peran tersebut, seorang perwira tidak berada di luar ranah organisasi.



* Ketika menjalankan peranannya, seorang perwira perlu memahami karakteristik struktur organisasi dan pola hubungan antar anggota dan bagian dalam organisasi.



* Setiap keputusan yang diambil seorang perwira, mempunyai dampak terhadap organisasi maupun anggota organisasi.



* Ketika dampak tersebut menyangkut anggota organisasi, maka seorang perwira perlu untuk memahami dimensi interinsik dan eksterinsik anggota.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar